Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut Indonesia menyimpan harta karun besar berupa Carbon Capture and Storage (CCS) atau tempat penyimpanan karbon. CCS menjadi penting di tengah transformasi dunia menuju industri hijau.
“Kita itu mempunyai harta karun yang namanya CCS. Dunia sekarang selalu berpikir sekarang tentang membangun industrialisasi dengan pendekatan green energy dan green industry,” sebut Bahlil dalam The 49th IPA Convention and Exhibition di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Rabu (21/5/2025).
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Bahlil menjelaskan, untuk menuju industri hijau salah satu yang diperhatikan adalah penangkapan CO2. Dalam hal ini Indonesia menyediakan CCS yang cukup besar, bahkan menjadi yang terbesar di kawasan Asia Pasifik.
“Nah kita di Indonesia kebetulan Allah memberikan hadiah kita bahwa kita salah satu negara di dunia yang mempunyai cadangan storage carbon capture yang salah satu terbesar di dunia. Untuk di Asia Pasifik kita paling terbesar,” tuturnya.
Saat ini CCS di Tanah Air sudah dimanfaatkan dua raksasa minyak dan gas dunia, BP dan ExxonMobil. Bahlil mengatakan, pemerintah siap memberikan dukungan dalam bentuk regulasi untuk memanfaatkan CCS Indonesia.
“Dan saya tawarkan kepada Bapak Ibu semua, silakan masuk cepat. Yang lebih cepat, lebih baik kita kasih sedikit relaksasi sweetener. Tapi kalau sudah barang ini udah booming baru masuk, sweetener-nya tidak akan sebaik sekarang. Ini agak promosi dikit,” tuturnya.
Sebelumnya, Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian ESDM, Edi Wibowo mengatakan potensi penyimpanan karbon pada saline aquifer atau reservoir air mencapai 572,77 gigaton.
“Selain itu, kapasitas penyimpanan pada depleted oil and gas reservoir sekitar 4,85 gigaton, yang berpotensi menjadikan Indonesia sebagai pusat regional untuk layanan penyimpanan karbon,” sebut Edi.
Baca terus informasi terbaru terkait IPA Convex 2025 didtk.id/ipaconvex2025. ungkap
