Australia sedang mengembangkan limbah industri untuk disulap menjadi produk semen hijau rendah karbon. Proyek ini digadang-gadang dapat mengurangi emisi CO2 sebesar 300 ribu ton hingga 1 juta ton per tahun.
Proyek itu merupakan inisiatif Hallett Group Pty Ltd, perusahaan pemasok terbesar bahan bangunan, konstruksi dan pertambangan di Australia Selatan. Pabrik untuk produksi semen hijau sedang disiapkan di Port Augusta dan ditargetkan dapat dimulai pada tahun depan.
“Kita telah melakukan ini dengan volume yang rendah selama beberapa tahun untuk membuktikan teknologi. Ya, sekitar April atau Mei tahun depan kita mengharapkan untuk memproduksi produk-produk yang lebih rendah karbon,” kata Chief Executive Officer (CEO) Hallett Group, Kane Salisbury di Department of State Development, Adelaide, Australia, Kamis (23/10/2025).
Salisbury menyebut pihaknya menghabiskan US$ 90 juta atau setara Rp 1,50 triliun (kurs Rp 16.638) untuk membangun fasilitas pengolahan di Port Augusta. Ditargetkan produksi awal mencapai 500 ribu ton per tahun dan dapat meningkat hingga 1 juta ton per tahun di masa-masa mendatang.
“Kami adalah yang pertama untuk melakukan reproses seperti ini. Jadi kami menghabiskan sekitar US$ 90 juta di sana untuk membuat infrastruktur ini. Setelah kami membuktikan itu, kami mengharapkan apa yang kami bangun di sana bisa direplikasikan di seluruh dunia,” ucap Salisbury.
Berdasarkan situs resminya, semen bertanggung jawab atas 8% emisi karbon global atau 3 miliar ton CO2 per tahun. Di sisi lain, semen merupakan material konstruksi dengan volume konsumsi tertinggi secara global sehingga menjadi komponen kunci dalam mendukung aktivitas ekonomi yang dihasilkan oleh industri konstruksi.
Saat ini Australia mengkonsumsi sekitar 12 juta ton semen per tahun, dengan sekitar setengahnya diimpor dalam bentuk semen jadi (bubuk) atau klinker semen. Dengan intensitas karbon saat ini sebesar 0,87 ton CO2 yang dihasilkan per ton semen, hal ini menjadi peluang pengurangan karbon yang signifikan.
Hallett Group akan menggunakan teknologi untuk memproduksi material semen tambahan (SCM) yang dapat menggantikan lebih dari 50% semen berbasis klinker konvensional yang menghasilkan emisi CO2 tinggi. Lokasi Port Augusta dipilih karena dekat dengan penyumbang limbah abu terbang dari operasi pembangkit listrik.






