PT Timah Tbk (Perseroan) membukukan laba usaha sebesar Rp 148 miliar lebih tinggi dari kuartal I-2024 sebesar Rp 93 miliar. Perusahaan juga mencatat pencapaian EBITDA sebesar Rp 384 miliar atau lebih tinggi 14% dari kuartal-I 2024 sebesar Rp 335 miliar.
Dengan begitu perseroan membukukan laba bersih di kuartal-I 2025 sebesar Rp 116,86 miliar atau 120% dari target yang sudah ditentukan Perseroan yaitu Rp 97,46 miliar.
“Perseroan terus berupaya dalam meningkatkan kinerja keuangan melalui optimalisasi dan efisiensi berkelanjutan di seluruh lini bisnis, termasuk efisiensi biaya bunga dengan menurunkan Interest Bearing Debt dan optimalisasi pengelolaan arus kas perusahaan sehingga Perseroan mampu melampaui target laba rugi yang sudah ditentukan. “ujar Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah Tbk, Fina Eliani, dikutip Kamis (1/5/2025).
Posisi ekuitas sebesar Rp7,64 triliun mengalami kenaikan 3% dibandingkan posisi akhir tahun 2024 sebesar Rp7,45 triliun, seiring dengan dibukukannya laba di kuartal 1 2025.
Kinerja keuangan Perseroan menunjukkan hasil yang baik, terlihat dari beberapa rasio keuangan penting di antaranya Quick Ratío sebesar 66,1%, Current Ratio sebesar 238,7%, Debt to Asset Ratio sebesar 38,8%, dan Debt to Equity Ratio sebesar 63,5%.
Selama kuartal-I 2025 permintaan timah tetap kuat terutama untuk kebutuhan solder pada industri elektronik dan mobil listrik namun pasokan timah global terbatas akibat gangguan produksi di Indonesia, Myanmar, dan Republik Demokratik Kongo.
Sedangkan pergerakan harga logam timah menunjukkan sedikit fluktuasi yang dipengaruhi oleh faktor global, salah satunya ketidakpastian kebijakan tarif dagang AS. Di sisi lain harga logam timah masih mengikuti logam dasar lainnya karena prospek ekonomi makro terus mempengaruhi pergerakan harga.
Harga rata-rata logam timah Cash Settlement Price London Metal Exchange (LME) di kuartal I 2025 sebesar USD31.804,37 per metrik ton, mengalami kenaikan sebesar 21,2% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar USD26.235,87 per metrik ton. Sedangkan proyeksi harga timah versi Bloomberg berada di kisaran USD 29.000-33.000 per metrik ton.
Persediaan timah di gudang LME pada akhir Maret 2025 berada di posisi 3.050 ton, turun 35,9% dari awal tahun 2025 di posisi 4.760 ton.
Berdasarkan CRU Tin Monitor, pertumbuhan produksi logam timah global di kuartal 1 2025 diperkirakan naik 7,4% (YoY) menjadi 87.759 ton. Sedangkan konsumsi logam timah global di kuartal 1 2025 diperkirakan naik 1,2% (YoY) menjadi 92.890 ton.
Sampai dengan kuartal 1 2025, Perseroan mencatat produksi bijih timah sebesar 3.215 ton Sn atau turun 40% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang mencapai 5.360 ton Sn. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor penurunan produksi bijih timah diantaranya belum optimalnya aktivitas penambangan baik di darat maupun di laut, terdampak cuaca angin utara, kondisi cadangan spotted, dan masih terjadinya aktivitas penambangan ilegal.
Adapun produksi logam timah turun 31% menjadi 3.095 metrik ton Sn dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar 4.475 metrik ton Sn. Sedangkan penjualan logam timah turun 18% menjadi 2.874 metrik ton dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar 3.524 ton.
Harga jual rata-rata logam timah sebesar USD32.495 per metrik ton, naik 20% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar US$ 27.071 per metrik ton.
Perseroan telah melakukan berbagai upaya dalam mencapai kinerja operasi dan produksi penambangan darat dengan meningkatkan jumlah tambang darat dan melakukan bor pandu arah penggalian pada blok rencana kerja.
Sedangkan untuk penambangan laut, Perseroan juga mengupayakan peningkatan efisiensi Kapal Isap Produksi (KIP), optimalisasi Sisa Hasil Pengolahan KIP dan penggunaan bor pandu menggunakan 1 unit kapal bor pada masing-masing area produksi seperti Area Bangka Utara, Area Bangka Selatan dan Area Kundur untuk meningkatkan confidence level dan efektivitas penggalian.
Pada kuartal | 2025, Perseroan mencatatkan penjualan logam timah domestik sebesar 9% dan ekspor logam timah sebesar 91% dengan 6 besar negara tujuan ekspor meliputi Korea Selatan. 19%; Jepang 19%; Singapura 14%; Belanda 11%; India 2%; dan China 1%.
Perseroan memperkirakan harga rata-rata logam timah pada tahun 2025 lebih tinggi dibandingkan harga logam timah tahun 2024 yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya peningkatan penggunaan peralatan elektronik, semikonduktor, chips serta digitalisasi dan Artificial Intelligence.
Perseroan telah menetapkan sasaran pokok tahun 2025 yaitu produksi bijih timah sebesar 21.500 ton Sn, produksi logam timah sebesar 21.545 metrik ton, dan penjualan logam timah sebesar 19.065 metrik ton.
Untuk mencapai sasaran pokok tersebut, maka strategi pokok yang akan dilakukan Perseroan adalah pertama, peningkatan pengelolaan cadangan dan sumberdaya; kedua kepemimpinan pasar, agresivitas produksi dan kinerja operasi.
Ketiga penguatan hilirisasi serta industrialisasi melalui pengembangan electric vehicle dan industri energi; keempay Transformasi proses bisnis; kelima pengembangan Center of Excellence dan optimalisasi portofolio.