Ekonomi global masih dibayangi sejumlah tantangan pada tahun depan. Salah satu tantangan itu ialah perang dagang yang diproyeksi masih berlanjut.
Allianz Global Investors (AllianzGI) melihat tahun 2026 sebagai tahun yang tetap konstruktif bagi pasar global, didorong oleh ekspansi teknologi, stabilitas inflasi, serta pelonggaran kebijakan moneter dan fiskal di berbagai negara.
“Kami menilai ekonomi global pada tahun 2026 akan terbukti tetap solid, ditopang oleh belanja teknologi, terutama terkait AI, akan menjadi penopang utama ekonomi global,” jelas Tim CIO AllianzGI dalam laporan analisis Outlook 2026, dikutip Selasa (16/12/2025).
Menurut AllianzGI, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan sekitar 2,7% pada 2026, melambat secara moderat dibandingkan 2025 namun tetap berada pada lintasan positif. Investasi pada teknologi dan AI menjadi faktor utama yang mengimbangi risiko lanjutan dari perang dagang dan fragmentasi rantai pasokan.
“Namun demikian, pertumbuhan tersebut masih dibayangi oleh sejumlah risiko. Dampak lanjutan dari perang dagang diproyeksikan terus menekan rantai pasokan, yang pada akhirnya dapat memicu fragmentasi arus perdagangan maupun aliran modal,” tulis tim AllianzGI.
AllianzGI menilai ekonomi global mampu mempertahankan ketahanan meski masih dihadapkan pada potensi lanjutan perang dagang dan fragmentasi perdagangan. Inflasi diperkirakan bergerak beragam, di mana Amerika Serikat (AS) cenderung berada di atas 3%, sementara Eropa dan Asia tetap lebih stabil dengan tekanan harga yang terkendali.
“Valuasi teknologi dan kekhawatiran terkait pinjaman non-bank menuntut kehati-hatian investor, tetapi suku bunga rendah dan leverage sektor swasta yang terbatas mampu meredakan risiko,” sambungnya.
Lebih lanjut, AllianzGI melihat peluang yang bervariasi di berbagai wilayah. Di Eropa, kebijakan fiskal yang lebih ekspansif dan potensi penurunan suku bunga memberi dasar yang kuat bagi pasar ekuitas. India kembali dipandang sebagai pasar dengan potensi tinggi, sementara Tiongkok dinilai menawarkan peluang kontrarian untuk aliran modal jangka panjang.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
“Pada pasar pendapatan tetap, AllianzGI menilai durasi di pasar negara maju menawarkan ketahanan, sementara obligasi pasar negara berkembang menghadirkan peningkatan imbal hasil dan diversifikasi. Aset safe haven seperti yen Jepang berpotensi menguat seiring transisi pemerintahan, dan emas kembali diposisikan sebagai alat diversifikasi utama bagi portofolio multi-aset,” imbuhnya.
Selain perkembangan ekonomi, AllianzGI menandai sejumlah titik balik yang dapat menjadi tema besar pada 2026. Ini mencakup perluasan belanja teknologi di luar AS yang dapat menciptakan revolusi AI dalam skala global, potensi pengetatan pemberian pinjaman oleh bank jika tekanan kredit meningkat, serta volatilitas tinggi pada saham tertentu yang dapat memicu koreksi berkepanjangan.
“Risiko politik di AS dan pemilu paruh waktu AS pada November 2026 menjadi risiko utama yang perlu diwaspadai. Tahun 2026 mungkin lebih volatil sehingga menegaskan kebutuhan akan sumber pendapatan yang tangguh,” pungkasnya.






