Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memuji perbaikan pelayanan yang terus dilakukan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC). Hal ini dirasakan setelah ada ancaman instansi tersebut akan dibekukan jika tidak ada perbaikan dalam waktu satu tahun ke depan.
Purbaya mengatakan kapasitas kerja pegawai Bea Cukai sebenarnya bagus dan mampu meningkatkan pelayanan. Hanya saja perlu dikerasi agar kinerjanya maksimal.
“Bea Cukai sudah cukup bergerak cepat dalam beberapa minggu terakhir. Rupanya memang orang Bea Cukai pintar-pintar, hanya tinggal digebukin saja, digebuk-gebuk, dua minggu keluar,” kata Purbaya di Terminal 3 dan Terminal Mustika Alam Sari, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (12/12/2025).
Purbaya mencontohkan upaya perbaikan Bea Cukai terlihat dari peluncuran alat pemindai peti kemas (X-Ray), serta dua inovasi digital yakni Self Service Report Mobile (SSR-Mobile) dan Trade AI. Sistem itu diyakini dapat menutup celah-celah kebocoran penerimaan negara dari sisi kepabeanan.
“Layanan kepada masyarakat dan dunia usaha harus semakin cepat, semakin sederhana dan semakin berintegritas. Itu komitmen Bea Cukai dan Kementerian Keuangan karena ada ancaman (pembekuan) juga, kalau nggak bisa beres, awas!” ancam Purbaya.
Purbaya berharap kinerja Bea Cukai dapat semakin baik pada 2026. “Saya harapkan nanti, Maret tahun depan gambaran Bea Cukai akan jauh berbeda dengan yang kemarin-kemarin,” ucap Purbaya.
Sebagai informasi, alat pemindai Bea Cukai yang baru dilengkapi dengan fitur radiation portal monitor (RPM). Fitur ini memungkinkan alat pemindai mendeteksi bahan nuklir serta zat radioaktif dalam kontainer, serta melakukan pemeriksaan lebih cepat dan diklaim akurat tanpa membuka fisik peti kemas.
Selain pemindai peti kemas, Bea Cukai juga mengenalkan fitur pelaporan mandiri berbasis aplikasi CEISA 4.0 Mobile bernama Self Service Report Mobile (SSR- Mobile). Aplikasi ini dilengkapi beragam fitur seperti geotagging, pencatatan real-time, serta integrasi AI untuk memantau aktivitas pemasukan dan pengeluaran barang di lokasi fasilitas kepabeanan seperti TPB, KITE, FTZ dan KEK.
Melalui SSR-Mobile, perusahaan dapat melakukan gate in, stuffing, pembongkaran, hingga gate out secara mandiri, sementara sistem AI melakukan analisis risiko otomatis. Setelah itu, pejabat Bea Cukai dapat menindaklanjuti melalui pemeriksaan dokumen atau fisik jika diperlukan.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Sementara itu, trade AI dirancang untuk meningkatkan ketepatan analisis impor, serta mencegah adanya manipulasi nilai transaksi. Teknologi ini dirancang untuk pendeteksian dini praktik under-invoicing, over-invoicing dan potensi pencucian uang berbasis perdagangan yang berpotensi menggerus penerimaan negara.
Dalam pengembangannya, Trade AI dilengkapi kemampuan analisis nilai pabean, klasifikasi barang, validasi dokumen, verifikasi asal barang, serta memberikan rekomendasi profil risiko importir. Seluruh fungsi ini nantinya akan terintegrasi dengan sistem CEISA 4.0 sehingga memperkuat koordinasi dan pengambilan keputusan di berbagai lini pengawasan.
“Jadi akan lebih cepat dan kemungkinan terjadinya underinvoicing akan semakin kecil,” imbuh Purbaya.






