Komisi V DPR RI menyoroti kondisi Jalan Tol Manado–Bitung yang masih sepi pengguna lantaran mengenakan tarif terlalu tinggi bagi masyarakat. Bahkan, tol ini membuat pemerintah menanggung beban Rp 300 miliar per tahun.
Persoalan ini diungkapkan oleh Anggota Komisi V DPR RI, Yasti Soepredjo Mokoagow. Yasti menyoroti masih terdapat sejumlah jalan tol yang sepi pengguna dan akhirnya malah menjadi beban keuangan bagi pemerintah.
“Sampai hari ini Jalan Tol Manado-Bitung itu masih rugi dan setiap tahun, kalau saya nggak salah, lebih dari Rp 300 miliar pemerintah harus memberikan subsidi,” kata Yasti, dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Menteri Pekerjaan Umum (PU) di Senayan, Jakarta, Rabu (26/11/2025).
Menurutnya, mahalnya tarif tol ini tidak hanya dirasakan oleh kendaraan golongan I seperti mobil pribadi, tetapi juga kendaraan golongan III dan IV seperti truk. Alhasil, sopir-sopir truk lebih memilih untuk menggunakan jalan nasional.
Yasti mengatakan, kondisi ini membuat beban jalan nasional di wilayah Manado–Bitung semakin bertambah. Padahal, beban biaya preservasi jalan di sana juga sudah memakan anggaran yang cukup besar.
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
“Jadi kalau kita mau kalkulasi, kerugian di jalan tol ditambah dengan preservasi, anggaran untuk preservasi di jalan Manado-Bitung itu, itu lebih dari Rp 400 miliar,” ujarnya.
Atas kondisi tersebut, Yasti mengusulkan agar Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mau mempertimbangkan untuk menerapkan diskon tarif di Jalan Tol Manado–Bitung. Kebijakan ini diharapkan dapat menjadi transisi untuk membiasakan masyarakat menggunakan jalan tol.
“Kita banting harga dulu untuk jalan tol, agar supaya masyarakat terbiasa dulu menggunakan jalan tol itu. Itu pertama menghindari pemborosan anggaran untuk preservasi di Jalan Tol Manado–Bitung dan kemudian juga meminimasi beban pemerintah untuk membayar kerugian. Ini Pak Menteri sudah beberapa kali saya sampaikan, tetapi belum ada tindak lanjut sama sekali di lapangan,” kata dia.
Sebagai informasi, sebanyak 21 ruas tol yang dikelola sejumlah Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) masih mengalami kerugian akibat rendahnya realisasi traffic atau volume kendaraan yang melintas. Salah satunya adalah PT Jasamarga Manado, pengelola Ruas Tol Manado–Bitung.
Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, volume kendaraan yang melintas di 21 ruas tol tersebut masih berada di bawah 50% dari asumsi volume lalu lintas dalam perjanjian pengusahaan jalan tol (PPJT).
“Izinkan kami menyampaikan bahwa masih ada beberapa badan usaha jalan tol yang realisasi volume lalu lintas atau trafiknya jauh lebih rendah daripada yang kami asumsikan dalam perjanjian pengusahaan jalan tol,” jelasnya dalam Rapat Panja bersama Komisi V DPR RI, Rabu (24/9/2025).
Rendahnya realisasi traffic diprediksi berdampak pada jumlah pendapatan yang tidak sebanding dengan biaya operation and maintenance sampai masa konsesinya. Selain itu, pembiayaan pemeliharaan untuk pemenuhan standar minimal pelayanan (SPM) oleh BUJT menjadi tidak optimal.
“Akibatnya, pendapatan tol tidak tercapai dan BUJT mengalami kesulitan membiayai pemeliharaannya sehingga pemenuhan SPM pun tidak bisa optimal,” ujar Dody. bikin






