Dana hingga US$ 50 miliar atau sekitar Rp 835 triliun antre masuk ke pasar modal Indonesia. Hal ini berdasarkan perhitungan yang dilakukan Global Investment Strategist, Chapman Taylor.
Namun, Chapman memberi catatan terkait likuiditas di pasar modal Indonesia. Menurutnya jika otoritas terkait bisa menyelesaikan persoalan tersebut, maka dana Rp 853 triliun bisa segera masuk pasar modal Indonesia dan berdampak juga ke perekonomian.
“Perhitungan saya ada US$ 50 miliar yang menunggu masuk Indonesia jika persoalan tersebut bisa diatasi,” ujarnya dalam diskusi media di Jakarta, Rabu (5/11/2025).
Chapman menilai bahwa Indonesia sebenarnya cukup dilirik investor kelas global. Selain karena valuasi pasar modal yang menarik, investor global menilai Indonesia memiliki pemerintahan yang cukup bagus. Tak hanya Itu, Indonesia memiliki Danantara yang diharapkan berperan dalam mendorong perekonomian nasional.
“Saya sedang di London berbincang dengan investor lokal. Dan semua investor global mereka menyatakan sangat tertarik berinvestasi di Indonesia,” sebut Chapman.
Chapman sempat membandingkan pasar modal Indonesia dan India. Menurutnya, free float atau porsi saham yang diperdagangkan di India lebih besar sehingga likuiditasnya pun lebih baik.
“Coba bandingkan dengan India. Untuk beberapa hal ekonomi India kurang maju, tapi untuk aspek lainnya mereka lebih maju. Namun jika melihat sisi capital market-nya, mereka jauh lebih maju,” tuturnya.
Dalam catatan detikcom, Chief Investment Officer (CIO) Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara), Pandu Patria Sjahrir sempat menyinggung soal rendahnya volume perdagangan di pasar modal Indonesia yang baru menyentuh US$ 1 miliar.
Angka ini tertinggal jauh dari India yang mencapai US$ 12-15 miliar. Padahal, menurut Pandu, sebelumnya Indonesia dan India sempat berada di level yang sama.
“Kita pengin di public market equity, tapi equity itu memang perlu likuiditas yang lebih banyak, ya tadi saya sebutkan kita hanya US$ 1 miliar per hari, itu harus ditingkatkan, harus bisa US$ 5 atau US$ 8 miliar per hari, dan nggak boleh kalah juga dengan India contohnya,” ujarnya.






