Perilaku konsumsi anak muda Indonesia pada 2025 menunjukkan masih kuatnya pengaruh lingkungan pertemanan terhadap keputusan keuangan. Pilihan pengeluaran tidak semata didasari kebutuhan, melainkan dorongan untuk mengikuti standar gaya hidup orang lain.
Mengutip data OCBC Financial Fitness Index 2025, Selasa (28/10/2025), menunjukkan 76% anak muda masih menghabiskan uang demi mengikuti gaya hidup teman. Meski turun dari 80% tahun sebelumnya, fenomena FOMO (fear of missing out) masih banyak terjadi. Bisa dibilang, anak muda tetap kompak, bahkan dalam urusan pengeluaran.
Sayangnya, kekompakan ini berdampak negatif pada kondisi finansial nasional. Untuk pertama kalinya, skor Financial Fitness Index Indonesia turun menjadi 40,60 dari 41,16 di 2024. Ini menunjukkan banyak masyarakat, terutama generasi muda, belum memiliki finansial yang sehat.
Kelompok usia 25-29 tahun (lajang) punya skor terendah: 37,94, di bawah rata-rata nasional. Di saat yang sama, kemampuan mengelola utang tanpa jaminan juga turun dari 97,28 menjadi 93,97. Hal ini menandakan meningkatnya gaya hidup ‘buy now pay later‘, cicilan konsumtif, dan kredit gaya hidup.
Meski begitu, jika mengacu pada data SLIK OJK Tahun 2025, sebenarnya kelompok usia 20 tahunan ke atas memiliki tingkat literasi yang tinggi dibanding kelompok usia lainnya.
Berdasarkan umur, kelompok 26-35 tahun dan 18-25 tahun memiliki indeks literasi keuangan tertinggi, yakni masing-masing sebesar 74,04% dan 73,22%. Anehnya, tingkat literasi keuangan yang tinggi cukup berbanding terbalik dengan gaya hidup yang dijalani.
Di era digital serba cepat, kemampuan mengatur keuangan adalah bentuk perjuangan baru. Mulai dari membuat budget bulanan, belajar manajemen keuangan, hingga cari tips hemat biar tetap bisa nongkrong tanpa bikin dompet menjerit.






