Harga kedelai biji kering (lokal) di tingkat petani turun cukup siginifikan. Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas) harga kedelai saat ini di kisaran Rp 9.006 per kilogram (kg).
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menyebut harga tersebut 16,42% di bawah Harga Acuan Pembelian (HAP) di tingkat produsen yang di Rp 10.775 per kg. Untuk mengatasi hal tersebut, Bapanas turun tangan dengan menggandeng pemerintah daerah, pelaku usaha swasta, dan asosiasi.
Arief memerintahkan pemda hingga pengusaha untuk membeli kedelai petani sesuai HAP yang telah ditetapkan dalam Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 12 Tahun 2024.
“Petani kedelai lokal harus dibantu, misalnya sedulur petani di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Apalagi dalam kondisi harga seperti sekarang yang sedang menuju panen raya kedelai lokal,” terang Arief dalam keterangan tertulis, dikutip Kamis (18/9/2025).
Provinsi Jawa Tengah sendiri termasuk daerah sentra produsen kedelai terbesar secara nasional. Dalam data Badan Pusat Statistik (BPS), di 2022 menjadi urutan kedua dengan raihan 62 ribu ton selama setahun. Sementara daerah terbesar jatuh pada Jawa Timur dengan 69,6 ribu ton.
“Badan Pangan Nasional sejak awal September telah mengantisipasi dengan bergerak bersama pemerintah daerah beserta pelaku usaha swasta dan asosiasi yang relevan. Kami ciptakan keterhubungan agar semua lini terpenuhi dan berjalan baik,” sambungnya.
Adapun proyeksi produksi kedelai nasional di 2025 ini, berdasarkan Proyeksi Neraca Kedelai yang disusun NFA per 2 September, produksi selama setahun diperkirakan mencapai 67,1 ribu ton. Sementara kebutuhan konsumsi selama setahun berada di angka 2,6 juta ton.
Sementara panen raya diestimasikan akan dimulai September sampai November karena akan mengalami kenaikan produksi lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Masing-masing di kisaran 7,1 ribu ton. Lalu 18,9 ribu ron dan 6,7 ribu ton.
Untuk itu, Arief mengatakan sinergisitas antara pemerintah bersama dengan pelaku usaha dibutuhkan agar pasokan produksi kedelai lokal dapat diserap secara optimal. Khusus Pati, Jawa Tengah diharapkan dapat terserap setidaknya hingga 100 ton sampai akhir September.
NFA pun mendukung dengan program Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP) dengan menanggung biaya transportasi ke daerah pengrajin produk turunan kedelai. Selain itu, dukungan pemerintah daerah terhadap petani di wilayahnya juga sangat penting.
“Badan Pangan Nasional punya program FDP, jadi beban biaya kelompok tani untuk distribusi pengangkutannya ke luar daerah dapat teratasi. Pemerintah daerah juga membantu dengan menyerap dan dijadikan Cadangan Kedelai Pemerintah Daerah Jawa Tengah,” ungkap Arief.
“Kami ucapkan banyak terima kasih kepada pelaku usaha swasta dan asosiasi yang berkenan bahu membahu. Spirit ini harus terus kita jaga bersama. Petani dan pelaku usaha dalam negeri sama-sama gotong royong, swasembada pangan pun bisa menyongsong,” pungkas Kepala NFA Arief Prasetyo Adi.
Adapun pelaku usaha swasta dan asosiasi yang terlibat antara lain PT FKS Multi Agro, PT Gerbang Cahaya Utama, PT Putra Permata Pasifik, Gabungan Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (GAKOPTINDO), Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (AKINDO), Paguyuban Pengrajin Tahu Jawa Barat, dan Perkumpulan Penyalur Kedelai Nusantara.
Pelaku usaha kedelai ini akan terus bertambah untuk menyerap produk kedelai domestik di Kabupaten Pati seiring dengan panen kedelai lokal yang masih terus bertambah.
Tonton juga Video: Prabowo Sebut Produksi Jagung-Beras Melimpah, Tapi Gudang Terbatas