Perusahaan milik Grup Bakrie, PT Intermedia Capital Tbk (MDIA), membukukan rugi bersih sepanjang semester I 2025. Namun, rugi bersih Perseroan tercatat menyusut dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya.
Direktur Utama MDIA Ahmad Rahadian Widarmanamemaparkan rugi bersih perseroan tercatat menyusut drastis sebesar 95,1%. Pada semester I 2025, MDIA mencatat rugi bersih Rp 11,4 miliar dari Rp 235,2 miliar di semester I-2024.
“Profit before tax angkanya minus Rp 11,4 miliar di semester pertama tahun 2025, membaik ya, dari sebelumnya Rp 228 miliar,” terang Rahadian dalam Public Expose MDIA di Bakrie Tower, Jakarta, Rabu (3/9/2025).
“Tahun lalu masih ada beban bunga karena belum selesai restrukturisasinya. Kemudian juga ada selisih kurs yang besar di tahun lalu, tahun ini berhasil dengan restrukturisasi melalui PKPU, angkanya juga berkurang. Jadi profit after tax angkanya improve dari minus Rp 235 miliar menjadi minus Rp 11,4 miliar,” tambahnya.
Dari sisi pendapatan, induk usaha stasiun televisi ANTV ini mencatat kenaikan tipis sebesar 0,2% menjadi Rp 308,2 miliar. Capaian ini dinilai stabil dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 307,5 miliar.
Rahadian menyebut, efisiensi biaya menjadi faktor utama perbaikan kinerja. Ia merinci, beban program dan penyiaran turun 7,3% menjadi Rp 136 miliar dengan penyusutan beban umum dan administrasi menyusut 20,8% menjadi Rp 111,3 miliar.
“Secara beban program dan penyiaran terus kita coba lebih efisien ada penurunan 7%. Dan di beban umum dan administrasi turun dari Rp 140,5 miliar ke Rp 111,3 miliar untuk penurunan sekitar 21%,” jelasnya.
Perbaikan ini mendorong laba usaha melonjak hampir tiga kali lipat atau 199,9% menjadi Rp 60,8 miliar, dari sebelumnya Rp 20,3 miliar. EBITDA juga meningkat signifikan 92,6% menjadi Rp 85,4 miliar, dengan margin EBITDA naik dari 14,4% menjadi 27,7%.
“Jadi secara profitabilitas di level EBITDA kita menunjukkan bahwa secara cost, secara efisiensi kita telah menunjukkan hasil,” imbuhnya.
Rahadian menambahkan, TV FTA masih menjadi media dengan penetrasi terbesar dan sumber utama pendapatan iklan di Indonesia. Data Nielsen Consumer & Media View, terang Rahadian, penetrasi TV pada 2024 mencapai 66,5%, jauh lebih tinggi dibandingkan media digital seperti akses OTT 9,2% maupun podcast 21%.
Meski begitu, media digital terus mencatat pertumbuhan. Akses video konten online naik dari 36,9% pada 2023 menjadi 39,4% pada 2024, sementara pembaca online meningkat dari 10,8% menjadi 16,6%.
Dari sisi belanja iklan, terang Rahadian, laporan Media Partners Asia memproyeksikan pendapatan iklan TV FTA pada 2024 sebesar US$ 790 juta.
Namun, angka ini diperkirakan turun secara bertahap menjadi US$ 626 juta pada 2030. Sebaliknya, pendapatan iklan premium AVOD diprediksi terus tumbuh, dari US$ 155 juta di 2024 menjadi US$ 323 juta pada 2030.
“Jadi data ini menunjukkan bahwa iklan di TV, advertisement yang kita lihat, Nielsen mengadakan survei kepada respondennya, hasilnya ternyata iklan TV FTA itu lebih melekat di ingatan pemirsa dibandingkan iklan di internet,” jelas dia.
Simak juga Video: Respons Manajemen soal Kabar ANTV Bakal Diakuisisi Emtek