Pemerintah tengah menggodok rencana hilirisasi kelapa. Diperkirakan, melalui langkah hilirisasi kelapa dapat mengantongi Rp 2.600 triliun.
Pandangan ini disampaikan oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Amran mengatakan, Indonesia saat ini mulai aktif dalam ekspor kelapa mentah. Menurutnya, kebutuhan kelapa dunia meningkat seiring pergeseran pola pangan di India, Eropa, dan China.
Amran merincikan, saat ini kurang lebih ekspor kelapa mentah RI menghasilkan Rp 26 triliun. Apabila komoditas ini diolah menjadi coconut milk ataupun VCO, nilainya bisa naik hingga 100 kali lipat atau 10.000%.
“Artinya apa? Kalau Rp 26 triliun yang kita ekspor sekarang kemudian kita hilirisasi itu menjadi Rp 2.600 triliun, baru kelapa,” ujar Amran, dalam Rakornas Kadin Indonesia Bidang Koperasi dan UMKM 2025 di The Ritz-Carlton Jakarta, Mega Kuningan, Rabu (20/8/2025).
Amran sendiri optimistis proyeksi tersebut bisa tercapai dengan kerja sama semua pihak. Modal yang dibutuhkan untuk membangun pabrik pengolahan kelapa pun menurutnya cukup murah. Diperkirakan modalnya mencapai Rp 30 miliar.
Ia juga menyarankan agar para pelaku usaha kelapa bisa patungan untuk membangun pabrik tersebut. Sebut saja ada sebanyak 1.000 pengusaha yang patungan untuk satu pabrik, maka modal yang perlu dikeluarkan hanya sekitar Rp 30 juta per pengusaha.
“Itu bisa. Murah pabriknya. Itu cuma berapa? Rp 30 miliar satu biji, murah. Kalau Rp 30 miliar, UMKM berkumpul 1.000. Ya, Rp 30 juta (per UMKM). Omsetnya sisihkan satu bulan,” ujarnya.
Sebagai informasi, Indonesia menyimpan potensi di sektor kelapa. Beberapa negara menjadi tujuan utama ekspor kelapa Indonesia, baik dalam bentuk mentah maupun produk turunan lainnya.
Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat China menanamkan investasi mencapai US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,67 triliun di Indonesia untuk pembangunan pabrik atau fasilitas pengelolaan kelapa.
Permintaan kelapa global yang terus meningkat turut mendorong kenaikan harga kelapa secara signifikan. Misalnya pada bulan April 2025 lalu, Informasi Pangan Jakarta mencatat harga kelapa kupas tertinggi berada di Pasar Induk Kramat Jadi Rp 20.000/butir. Bahkan ada beberapa pedagang di lapangan yang mengaku menjual hingga Rp 25.000/butir.
Namun kini harganya sudah mulai menurun, meaki terbilang masih cukup tinggi. Berdasarkan Informasi Pangan Jakarta, per Rabu (20/8/2025), tercatat saat ini rata-rata harga kelapa kupas mencapai Rp 14.435/butir.
Sementara itu, Berdasarkan Buku Statistik Perkebunan 2023-2025 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), untuk pasar ekspor, China tercatat menjadi negara tujuan utama pertama komoditas kelapa Indonesia dengan persentase sebesar 17,42% atau sekitar US$ 228.947 atau sekitar Rp 3,74 miliar.
Di posisi kedua ada Malaysia sebesar US$ 209.812 (15,96%), Belanda US$ 146.561 (11,15%), Amerika Serikat US$ 111.300 (8,47%), Srilanka US$ 84.248 (6,41%), Korea Selatan US$ 52.725 (4,01%), dan Thailand US$ 22.946 (1,75%).
Tonton juga video “Mentan Sebut Tarif Trump Untungkan RI, Ini Alasannya” di sini: