Cara Simulasi Cicilan KPR Sesuai Gaji Bulanan Kamu

Posted on

Mempunyai rumah idaman bisa jadi harapan banyak orang. Untuk mewujudkan hal ini, banyak orang kemudian mengambil Kredit Pemilikan Rumah (KPR) untuk dapat membeli rumah dengan cara diangsur atau dicicil dalam jangka waktu tertentu (tenor) sesuai kemampuan.

Meski begitu, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum mengambil KPR, yakni besaran biaya cicilan yang harus dibayar. Besarnya cicilan perlu disesuaikan dengan pendapatan dan kondisi keuangan yang kamu miliki.

Pasalnya, hal tersebut termasuk dalam beberapa alasan umum mengapa KPR ditolak. Dalam beberapa kasus, ada pula nasabah yang tidak dapat membayar cicilan saat KPR sedang berjalan.

Jika hal ini terus berlanjut, denda atau sanksi administrasi dapat menjadi salah satu konsekuensi yang harus ditanggung. Oleh sebab itu, calon debitur perlu benar-benar mempertimbangkan kemampuan membayar dan melunasi KPR.

Besaran Maksimal Cicilan KPR Maksimal Sesuai Besaran Gaji

Melansir dari situs resmi Bank Hijra, pada umumnya secara teori keuangan terdapat rasio gaji terhadap angsuran KPR ideal, yakni 30% dari pendapatan bulanan.

Artinya jika calon debitur memiliki gaji Rp 10 juta, maka besarnya cicilan tiap bulan untuk KPR tidak lebih dari Rp 3 juta. Namun, rumus proporsi rasio besaran gaji terhadap angsuran KPR tersebut tidak berlaku untuk setiap orang.

Sebab debitur atau nasabah juga perlu mempertimbangkan besarnya utang atau cicilan lainnya yang harus dipenuhi. Sehingga sebisa mungkin total utang yang ahrus kamu bayarkan setiap bulan termasuk cicilan KPR tidak lebih dari 35%.

Misal jika debitur memiliki gaji Rp 10 juta dan hanya memiliki utang kredit motor sebesar Rp 700 ribu. Maka nasabah bisa memilih KPR rumah dengan cicilan hingga Rp 2,6 juta setiap bulannya. Namun jika tidak memiliki tanggungan kredit lainnya, maka besaran ini bisa disesuaikan kembali.

Hal ini dipertegas kembali oleh Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting Tejasari yang menyarankan agar pengeluaran per bulan termasuk di dalamnya cicilan KPR disesuaikan dengan besaran penghasilan yang masuk. Apabila penghasilan tidak menentu tiap bulannya, bisa membuat perkiraan dengan penghasilan terendah.

“Budget pengeluaran juga buat prioritas. Mana pengeluaran yg utama, misalnya konsumsi, biaya sekolah anak, pengeluaran keluarga,” katanya dalam sebuah wawancara dengan detikcom, pertengahan September silam.

Dia menambahkan cicilan utang termasuk KPR juga sebaiknya masuk dalam prioritas utama. Apalagi utang dengan nominal cukup besar, lebih baik dilunasi terlebih dahulu. Dalam hal ini dia membagi tips mengelola keuangan dengan komposisi pengeluaran yang di antaranya minimal 10% gaji untuk tabungan, cicilan termasuk KPR maksimal 30%, pengeluaran rutin 40%, dan pengeluaran pribadi 20%.

Hal senada juga disampaikan oleh Founder Muda Keren Punya Property Ruby Herman. Ia mengatakan, idealnya uang untuk KPR berasal dari sepertiga penghasilan tetap setiap bulan. Jika dihitung-hitung sekitar 30-33% pendapatan bulanan.

“Yes seperti yang tadi saya bilang diusahakan maksimal itu dan peraturannya juga sepertiga gaji, kurang lebih 33% itu merupakan maksimal,” kata Ruby kepada detikcom.

Mengacu pada perhitungan tersebut, maka mereka yang memiliki gaji sekitar Rp 5 juta rupiah per bulan setidaknya bisa mengambil KPR dengan cicilan per bulan maksimal Rp 1,5 juta. Atau mereka yang memiliki gaji hingga Rp 10 juta per bulan misalkan, tentu besaran cicilan KPR yang bisa diambilnya mencapai Rp 3 juta per bulan.

Tentu perhitungan ini belum termasuk bunga cicilan KPR yang diberikan bank. Begitu juga belum termasuk dengan cicilan lain yang sudah menjadi tanggungan nasabah. Sehingga besaran faktual yang bisa diambil tentu menjadi sedikit-banyak di bawah angka 30% dari besaran gaji tadi.

Biaya Awal yang Disiapkan untuk KPR

Biaya yang harus disiapkan terkait KPR bukan hanya cicilan. Di periode awal sebelum melakukan akad pun, nasabah perlu menyiapkan sejumlah biaya yang tidak sedikit pula dan harus dipenuhi secepat mungkin.

Salah satunya adalah uang muka lias down payment (DP). Besarnya biaya DP yang diwajibkan umumnya berkisar antara 10% sampai 30% meski ada pula beberapa pengembang yang bahkan menawarkan DP 0%.

Namun, debitur atau nasabah juga bisa menyiapkan DP lebih dari 30%. Dengan begitu debitur akan mendapat keuntungan nominal cicilan setiap bulan yang lebih rendah harus kamu bayarkan nantinya.

Di samping itu terdapat beberapa komponen biaya lain yang harus kamu siapkan di proses awal KPR seperti uang tanda jadi (booking fee), biaya notaris, biaya provisi dan administrasi, biaya asuransi, biaya appraisal, dan biaya APHT.

Kemudian setelah menyiapkan biaya awal, nasabah juga perlu mulai mempersiapkan dana untuk cicilan rumah. Jika memilih KPR konvensional, maka pertimbangkan pula besarnya kenaikan cicilan pada beberapa tahun ke depan.

Hal ini karena KPR konvensional umumnya menerapkan bunga floating yang menyesuaikan besarnya suku bunga Bank Indonesia.

Simak juga Video OJK Pastikan Debitur Kredit Macet Bisa Ajukan KPR

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *