Bursa Efek Indonesia (BEI) buka suara soal dampak tarif resiprokal yang ditetapkan Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia sebesar 32% terhadap pasar modal domestik. Diketahui, tarif baru ini akan diberlakukan mulai 1 Agustus 2025.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, mengatakan ketetapan tarif impor AS tidak berdampak besar untuk pasar modal domestik. Hal itu ia ungkap berdasarkan hasil survei yang dilakukan pihaknya.
“Hal yang sangat umum, kalau kita sudah melakukan survei, kami melakukan survei bahwa impact terhadap tarif tidak besar,” ungkap Nyoman di Gedung BEI, Jakarta Selatan, Selasa (8/7/2025).
Nyoman menerangkan, dampak tarif tergantung produk emiten dari sektor yang terdampak. Ia meyakini pasar modal domestik secara umum tidak terlalu terdampak.
“So far, kami sudah melakukan survei relatif tidak berdampak signifikan,” imbuhnya.
Berdasarkan data perdagangan RTI pada Selasa (8/7) pukul 09.47 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah ke level 6.895,74 atau turun 0,08%. Namun, IHSG sempat menguat ke level 6.906,64.
Saat ini, tercatat volume transaksi 3,73 miliar dengan nilai transaksi Rp 1,89 triliun. Frekuensi saham yang diperdagangkan sebanyak 291.992 kali. Terdapat 232 saham menguat, 244 melemah, dan 181 saham stagnan.
Diketahui, Presiden AS Donald Trump akan memberlakukan tarif resiprokal kepada 14 negara mulai 1 Agustus 2025. Trump telah mengirimkan surat kepada sejumlah pemimpin negara terkait kebijakannya tersebut, termasuk Presiden RI Prabowo Subianto.
Mengutip CNBC, Trump mengunggah surat-surat yang telah dikirimkannya kepada pemimpin sejumlah negara, salah satunya adalah Indonesia. Dalam laporan tersebut, Indonesia akan dikenakan tarif resiprokal 32%.
Tonton juga “Surat Trump Ke Prabowo: RI Tetap Kena Tarif 32%” di sini: