Pemerintah mulai menggulirkan stok Cadangan Jagung Pemerintah (CJP) kepada peternak layer mandiri di awal Oktober ini dengan target 52.400 ton ke 2.109 peternak di 16 provinsi. Per 2 Oktober, hampir 300 ton jagung telah diterima koperasi dan asosiasi peternak di sana.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan penyaluran harga yang diberlakukan dalam SPHP jagung ini adalah Rp 5.000 per kilogram (kg) untuk pengambilan di gudang Bulog dan maksimal Rp 5.500 per kg sampai di tingkat peternak. Di mana untuk selisih harga yang dialami Bulog akan ditanggung pemerintah melalui anggaran yang terlah tersedia di NFA sejumlah Rp 78,6 miliar dengan asumsi subsidi harganya Rp 1.500 per kg.
“Ini bukti hadirnya pemerintah bagi produsen pangan pokok strategis dalam negeri. Saat harga jagung pakan bagi peternak sedang berfluktuasi, pemerintah menyalurkan stok CJP yang bersumber dari jagung produksi dalam negeri yang diserap sejak awal tahun ini,” tutur Kepala NFA Arief Prasetyo Adi dalam keterangan tertulis, Jumat (3/10/2025).
Perkembangan harga jagung di tingkat peternak tampak mulai teredam. Berdasarkan data Panel Harga Pangan NFA, rerata harga jagung di tingkat peternak pada 2 Oktober menurun 0,64% menjadi Rp 6.644 per kg dibandingkan seminggu sebelumnya yang berada di Rp 6.687 per kg.
Kendati demikian, intervensi pemerintah terhadap harga jagung pakan perlu terus diintensifkan. Hal ini karena Harga Acuan Penjualan (HAP) jagung kadar air 15% di tingkat peternak berada di Rp 5.800 per kg. Kondisi harga hari ini masih berada di atas HAP itu.
Rilis Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru juga melaporkan bahwa telur ayam ras dan ayam ras pedaging menjadi penyebab kenaikan indeks harga diterima petani yang terbesar pada subsektor peternakan. Indeks harga diterima peternak unggas di September 2025 pun meraih indeks tertinggi di level 126,02. Ini pun menjadi yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
“Pemerintah menyadari fluktuasi harga jagung pakan harus cepat diredam. Ini agar tidak berimplikasi pada harga telur dan daging ayam juga. Dengan SPHP jagung 52,4 ribu ton ke 2.109 peternak ini menjadi instrumen stabilisasi pemerintah. Semoga Oktober ini dapat tuntas dan memberikan dampak positif sebagai faktor peredam harga,” terang Arief.